114 Anak Sungai di Kota Palembang Bakal Dipasang Plang Nama dan QR code

DAS KOTA PALEMBANG
DAS BOANG

 

  1. Sungai Karang Anyar 1

Sungai Karang Anyar 1 adalah anak Sungai Musi yang berada di Kecamatan Gandus, Palembang, Sumatera Selatan. Sungai ini terkenal karena berdekatan dengan area penting yang terkait dengan sejarah Kerajaan Sriwijaya, yaitu Situs Karang Anyar.Sungai ini juga memberikan nilai penting bagi penelitian sejarah dan arkeologi, karena temuan di sekitarnya menjadi bukti peradaban besar Kerajaan Sriwijaya di Palembang. Sebagai anak sungai, Sungai Karang Anyar 1 merupakan bagian dari sistem perairan Kota Palembang yang terhubung dengan Sungai Musi. Sungai Karang Anyar berfungsi sebagai salah satu sumber air baku yang dimanfaatkan oleh Perumda Tirta Musi (PDAM) Palembang. Air dari sungai ini diambil melalui Intake Karang Anyar untuk diolah menjadi air bersih bagi masyarakat. Namun seperti halnya anak-anak Sungai Musi lainnya, Sungai Karang Anyar juga mengalami perubahan seiring perkembangan kota. Pemerintah Kota Palembang terus berupaya mengembalikan fungsi sungai sebagai penunjang transportasi air dan menjaga kelestarian lingkungan.

  1. Sungai Karang Anyar 2

Sungai Karang Anyar 2 tentu. Berbeda dengan Sungai Karang Anyar 1 yang telah teridentifikasi sebagai bagian dari situs kuno Sriwijaya, informasi mengenai Sungai Karang Anyar 2 jauh lebih minim. Meskipun begitu, ada beberapa poin yang bisa disimpulkan berdasarkan data yang tersedia.Seperti halnya Karang Anyar 1, Sungai Karang Anyar 2 juga merupakan bagian dari jaringan kanal dan kolam kuno yang diperkirakan sebagai pusat peradaban Kerajaan Sriwijaya di masa lalu.  Sungai ini mengalir di wilayah Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Gandus, Palembang, sama seperti Karang Anyar 1. Sebagai bagian dari kompleks situs kuno Sriwijaya, Karang Anyar 2 juga merupakan anak sungai Musi. Sama seperti Karang Anyar 1, sungai ini terhubung dengan sistem perairan yang lebih luas di Palembang. Secara ringkas, Sungai Karang Anyar 2 adalah bagian integral dari sistem kanal kuno yang membentuk Situs Karang Anyar. Berbeda dengan Karang Anyar 1 yang menjadi lokasi utama pengambilan air baku untuk PDAM, Karang Anyar 2 lebih dikenal sebagai bagian dari lanskap arkeologi yang perlu dilestarikan. 

  1. Sungai Karang Anyar 3

Informasi spesifik tentang Sungai Karang Anyar 3 lebih minim lagi dibandingkan dengan Sungai Karang Anyar 1 dan 2. Namun, dapat dipahami bahwa ketiganya merupakan bagian dari satu kesatuan kompleks arkeologi yang sama di Kecamatan Gandus, Palembang. Sama seperti Karang Anyar 1 dan 2, Sungai Karang Anyar 3 adalah bagian dari jaringan kanal dan kolam kuno yang dipercaya sebagai pusat kota Kerajaan Sriwijaya di masa lalu. Meskipun fungsinya sebagai bagian dari sistem transportasi air kuno tidak lagi dominan, keberadaannya tetap penting sebagai bukti arkeologi peradaban Sriwijaya di Palembang. Sungai ini berlokasi di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Gandus, Palembang, berdekatan dengan Karang Anyar 1 dan 2. Secara keseluruhan, Sungai Karang Anyar 3 bukan merupakan anak sungai yang terpisah secara geografis atau fungsional dari Karang Anyar 1 dan 2, melainkan sebutan untuk subsitus arkeologi yang sama di dalam kompleks Situs Karang Anyar. Ketiga subsitus ini, termasuk Karang Anyar 3, memiliki nilai historis yang tinggi karena merupakan sisa-sisa peradaban besar Kerajaan Sriwijaya. 

  1. Sungai Soak Batang

Sungai Soak Batang adalah salah satu anak sungai Musi yang terletak di Kecamatan Gandus,tepatnya dikelurahan Pulo Kerto Kota Palembang. Sungai ini merupakan bagian dari sistem tata air di wilayah tersebut dan sering kali menjadi sorotan terkait penanganan banjir. Sebagai anak Sungai Musi, ia turut berperan dalam mengendalikan debit air dan menampung aliran air hujan di kawasan sekitarnya. Berdasarkan analisis teknis, sungai ini memiliki kapasitas tampungan yang terbatas dibandingkan dengan debit banjirnya, sehingga berisiko meluap saat curah hujan tinggi.  Guna mengatasi risiko banjir, pemerintah setempat melakukan berbagai upaya di sekitar sungai ini, seperti pembangunan tanggul dan kolam retensi. Kolam retensi berfungsi untuk menampung sementara kelebihan air saat hujan deras dan melepaskannya perlahan saat kondisi sungai sudah normal. Secara ringkas, Sungai Soak Batang dikenal sebagai anak sungai Musi di kawasan Gandus, Palembang, yang memiliki peran penting dalam sistem drainase kota, terutama untuk mengendalikan banjir. Upaya penanganan banjir di wilayah ini juga melibatkan kolam retensi dan pembangunan tanggul di sekitar sungai. 

  1. Sungai Kedukan

Sungai Kedukan memiliki nilai sejarah yang sangat penting bagi Kota Palembang, terutama karena perannya dalam peradaban Kerajaan Sriwijaya. Nama sungai ini menjadi terkenal berkat penemuan Prasasti Kedukan Bukit, sebuah prasasti kuno yang menjadi bukti keberadaan dan kejayaan Sriwijaya. Prasasti Kedukan Bukit ditemukan pada tahun 1920 di tepi Sungai Tatang, yang mengalir ke Sungai Musi, tepatnya di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang. Nama "Kedukan Bukit" diperkirakan berasal dari istilah "bukit yang dikeduk". Penemuan prasasti ini membuktikan bahwa wilayah ini merupakan tempat yang sangat penting dalam sejarah pendirian Kerajaan Sriwijaya. Di masa lalu, Sungai Kedukan berfungsi sebagai jalur transportasi dan perdagangan yang vital, di mana perahu-perahu besar melintasinya. Alur sungai ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya hingga masa kolonial Belanda. Konon, Sungai Kedukan terhubung hingga ke Bukit Siguntang, yang juga merupakan area bersejarah di Palembang. Di Bukit Siguntang pernah ditemukan kemudi kapal besar yang mengindikasikan lalu lintas perkapalan yang ramai di area tersebut. Pemerintah Kota Palembang memiliki rencana untuk merevitalisasi kawasan Sungai Kedukan Bukit menjadi destinasi wisata, sehingga nilai sejarahnya dapat terus dilestarikan dan dikenal oleh masyarakat luas.

  1. Sungai Gayam

Sungai Gayam adalah salah satu anak Sungai Musi yang berada di pemukiman penduduk di Lorong Gayam  di wilayah Kelurahan 36 Ilir, Kecamatan Gandus, Palembang.                    Nama sungai ini lebih dikenal di kalangan masyarakat lokal dan sering dikaitkan dengan kejadian atau lokasi spesifik di daerah tersebut. Sama seperti sungai-sungai kecil lainnya di Palembang, Sungai Gayam terhubung dengan sistem perairan yang lebih besar di Kota Palembang dan akhirnya bermuara di Sungai Musi. Sebagai anak sungai, Sungai Gayam berperan dalam mengalirkan air, terutama saat musim hujan, di wilayah Gandus.  Keberadaannya memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat yang tinggal di sekitarnya, terutama yang berkaitan dengan aktivitas air atau drainase lingkungan. Meskipun tidak terlalu dikenal seperti Sungai Musi atau Sungai Sekanak, nama Sungai Gayam muncul dalam pemberitaan lokal, sering kali terkait dengan peristiwa di sekitar lokasinya, seperti kejadian tenggelam. Penanganan banjir dan revitalisasi anak-anak sungai di Palembang juga mencakup sungai-sungai kecil seperti Sungai Gayam, meskipun skala penanganannya mungkin lebih kecil dibandingkan sungai-sungai besar. 

  1. Sungai Tapak Nyari

Sungai Tapak Nyari adalah salah satu anak Sungai Musi yang berada di wilayah Kecamatan Ilir Barat II, mengalir di sekitar Kelurahan 35 Ilir dan Kelurahan 32 Ilir, Palembang. Meskipun kini keberadaan alirannya mungkin tidak sebesar dulu karena perkembangan kota, nama sungai ini tetap diabadikan menjadi nama jalan dan lorong di kawasan tersebut. Nama sungai ini kini dikenal sebagai Lorong Tapak Nyari, yang berada di kawasan Jalan Pangeran Sido Ing Lautan.  Sebagai anak Sungai Musi, Sungai Tapak Nyari berperan dalam sistem drainase di kawasan Ilir Barat II, terutama dalam menampung air hujan dan mengendalikannya agar tidak menimbulkan banjir. Seiring dengan perkembangan infrastruktur kota, banyak anak sungai di Palembang yang mengalami pendangkalan atau perubahan fungsi, termasuk Sungai Tapak Nyari. Namanya kemudian diabadikan sebagai nama jalan untuk menandai keberadaan historisnya. Pemerintah kota bersama warga setempat kerap kali melakukan kegiatan gotong royong untuk membersihkan aliran sungai ini, yang kini berfungsi seperti selokan besar, guna mencegah penyumbatan dan banjir. 

  1. Sungai Tatang

Sungai Tatang adalah anak Sungai Musi yang memiliki nilai sejarah yang sangat penting bagi Kota Palembang. Nama sungai ini menjadi terkenal karena merupakan lokasi penemuan Prasasti Kedukan Bukit pada tahun 1920. Penemuan Prasasti Kedukan Bukit di tepian Sungai Tatang memberikan bukti arkeologis yang kuat tentang keberadaan dan pendirian Kerajaan Sriwijaya. Prasasti tersebut menceritakan kisah perjalanan Dapunta Hyang Sri Jayanasa dari Minanga Tamwan yang membawa 20.000 tentara dan mendirikan kerajaan. Sungai Tatang mengalir di Kelurahan 35 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Kota Palembang, dan terhubung dengan Sungai Kedukan, yang kemudian mengalir ke Sungai Musi.  Sebagai bagian dari sistem perairan di Palembang, Sungai Tatang berperan dalam mengendalikan debit air dan menampung aliran air, terutama saat musim hujan. Seperti banyak anak sungai lain di Palembang, Sungai Tatang juga menghadapi masalah lingkungan seperti sampah. Berbagai upaya, termasuk kegiatan pembersihan, telah dilakukan oleh pemerintah setempat untuk menjaga kebersihannya. Di sekitar sungai ini terdapat pemukiman warga, dan nama Sungai Tatang juga kerap disebut dalam pemberitaan mengenai penanganan masalah drainase dan kebersihan lingkungan di kawasan Ilir Barat II. 

  1. Sungai Talang Ketip

Sungai Talang Ketip adalah salah satu anak Sungai Musi yang berada di wilayah Kecamatan Gandus, Palembang. Sungai ini memiliki fungsi penting dalam sistem drainase di kawasan tersebut dan kerap kali menjadi fokus penanganan banjir. Sungai Talang Ketip terletak di sekitar Jalan Sei Besemah, Talang Ketip, Kecamatan Gandus. Sebagai bagian dari sistem perairan di Palembang, sungai ini berperan penting dalam menampung dan mengalirkan air hujan di kawasan sekitarnya. Karena lokasinya di daerah yang rentan banjir, normalisasi dan pembersihan rutin di Sungai Talang Ketip sering dilakukan. Pemerintah kota, melalui dinas terkait, mengerahkan tim untuk membersihkan sampah dan vegetasi yang menyumbat aliran sungai agar tidak meluap saat curah hujan tinggi. Salah satu masalah utama yang dihadapi Sungai Talang Ketip adalah penumpukan sampah yang dibuang oleh warga, sehingga menyebabkan pendangkalan dan penyumbatan aliran sungai. Seperti banyak anak sungai lain di Palembang, Sungai Talang Ketip juga mengalami penyempitan akibat pembangunan di sekitarnya. Tim Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Palembang secara rutin melakukan normalisasi, yaitu pengerukan dan pembersihan saluran air di sekitar Talang Ketip. Upaya normalisasi ini membutuhkan peran serta aktif dari masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai dan menjaga kebersihan lingkungan. 

  1. Sungai Bukit Lama

 Sungai Bukit Lama adalah salah satu anak Sungai Musi yang mengalir di wilayah Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang. Nama Sungai Bukit Lama juga sering dikaitkan dengan nama-nama lorong atau jalan di sekitarnya, seperti Lorong Sungai Itam yang berada di wilayah Bukit Lama.  Sungai ini memiliki peran penting dalam sistem drainase di kawasan padat penduduk tersebut. Sebagai anak sungai Musi, Sungai Bukit Lama berperan dalam menampung dan mengalirkan air hujan dari wilayah sekitarnya menuju Sungai Musi. Mengalir di sepanjang kawasan Kelurahan Bukit Lama, yang merupakan salah satu kawasan dengan topografi tertinggi di Palembang. Di wilayah ini juga terdapat situs bersejarah Bukit Siguntang. Fungsi utama sungai ini adalah sebagai saluran drainase untuk mencegah genangan air atau banjir di kawasan padat penduduk Bukit Lama. Seperti banyak anak sungai lain di Palembang, Sungai Bukit Lama juga menghadapi masalah seperti sampah yang dibuang sembarangan oleh warga, yang menyebabkan pendangkalan dan penyumbatan aliran sungai. Pemerintah Kota Palembang, melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), secara rutin melakukan pembersihan dan normalisasi aliran Sungai Bukit Lama untuk menjaga kelancaran alirannya. 

  1. Sungai Hitam

 Sungai Hitam adalah salah satu anak Sungai Musi yang berada di wilayah Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang. Nama sungai ini juga diabadikan menjadi nama jalan dan lorong di wilayah tersebut, seperti Lorong Sungai Hitam, yang menunjukkan keberadaan historis sungai ini di kawasan Bukit Lama. Sungai ini memiliki peran penting dalam sistem drainase di kawasan tersebut dan sering kali menjadi sorotan terkait masalah lingkungan dan penanganan banjir. Mengalir di sekitar kawasan padat penduduk di Kelurahan Bukit Lama. Sebagai bagian dari sistem perairan di Palembang, Sungai Hitam berperan dalam menampung dan mengalirkan air hujan dari wilayah sekitarnya, terutama daerah hulu di Bukit Lama, menuju Sungai Musi. Kawasan di sekitar Sungai Hitam sering mengalami banjir, terutama saat curah hujan tinggi. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pendangkalan, penyumbatan akibat sampah, dan penimbunan aliran sungai. Beberapa tahun lalu, aliran Sungai Hitam pernah ditimbun oleh pihak pengembang perumahan, yang menakibatkan menyempitnya jalur air sehingga memperparah masalah banjir di kawasan tersebut. Pemerintah kota, melalui dinas terkait, telah melakukan berbagai upaya, seperti normalisasi, pengerukan, dan pembongkaran penimbunan, untuk mengembalikan fungsi sungai sebagai saluran drainase.  

  1. Sungai Lebak Keranji

Sungai Lebak Keranji adalah salah satu anak Sungai Musi yang berada di wilayah Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang. Nama ini juga sering merujuk pada kolam retensi yang berfungsi penting dalam mengendalikan banjir di kawasan tersebut. Aliran Sungai Lebak Keranji dan kolam retensinya berada di Jalan Sultan Mansyur, Kelurahan Bukit Lama. Sebagai anak Sungai Musi dan area kolam retensi, Lebak Keranji memiliki peran vital dalam menampung air hujan dan mencegah genangan air di kawasan Bukit Lama dan sekitarnya. Aliran sungai ini terhubung dengan jaringan drainase di kawasan Ilir Barat I, termasuk Sungai Bukit Lama dan Sungai Hitam. Seperti banyak anak sungai lain di Palembang, Sungai Lebak Keranji sering mengalami penyumbatan akibat sampah dan penimbunan. Hal ini menyebabkan masalah banjir di kawasan sekitarnya, bahkan saat tidak turun hujan. Pada 2022, Wakil Wali Kota Palembang menemukan bahwa sebagian saluran Sungai Lebak Keranji tertutup oleh bangunan hotel dan perumahan. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah kota secara rutin melakukan normalisasi dan mengajak masyarakat untuk bergotong royong membersihkan aliran sungai dan kolam retensi. 

  1. Sungai Tapah

Berdasarkan penelusuran, informasi mengenai nama "Sungai Tapah" di Palembang dan sekitarnya sangat terbatas, dan tidak ada sumber yang secara pasti mengidentifikasinya sebagai anak Sungai Musi di kota tersebut. Kata "tapah" lebih sering merujuk pada spesies ikan air tawar berukuran besar yang hidup di sungai-sungai, termasuk di perairan Sumatera Selatan. Ada kemungkinan nama ini digunakan untuk merujuk pada lokasi atau perairan di mana ikan tapah sering ditemukan, bukan sebagai nama resmi sungai. Bisa jadi nama tersebut merupakan istilah lokal yang digunakan masyarakat untuk menyebut area tertentu di sungai yang banyak dihuni ikan tapah. Ada kemungkinan terjadi salah penamaan atau kekeliruan antara nama satu sungai dengan nama sungai lain di Palembang. Sama seperti banyak anak sungai lainnya di Palembang, ada kemungkinan Sungai Tapah merupakan salah satu anak sungai yang telah mengalami pendangkalan atau bahkan ditimbun seiring perkembangan kota. Jika demikian, namanya mungkin hanya diabadikan dalam ingatan atau cerita warga setempat. Tidak ada informasi yang kuat yang mengidentifikasi Sungai Tapah sebagai anak Sungai Musi yang terdefinisi secara jelas di dalam batas Kota Palembang. Kemungkinan terbesar, nama tersebut merujuk pada keberadaan yang berkaitan dengan habitat ikan tapah, atau merupakan nama lama yang tidak lagi dikenal secara luas.