
Daerah Aliran Sungai (DAS) Lambidaro merupakan salah satu sub-sistem drainase penting di Kota Palembang. DAS ini mencakup area seluas sekitar 6.430,7 hektar dan berperan vital dalam mengendalikan banjir di kota.
Karakteristik DAS Lambidaro
Sistem Drainase: DAS Lambidaro memiliki berbagai jenis saluran drainase, termasuk saluran buatan yang lurus, saluran alami, dan alur sungai di kawasan rawa. Saluran-saluran ini mengalirkan air dari hulu, di mana terdapat saluran-saluran buatan dan alami, menuju hilir.
Anak-Anak DAS: DAS Lambidaro terdiri dari beberapa sub-DAS, yang memungkinkannya mengelola air dari berbagai wilayah di Palembang.
Masalah Banjir: Seperti banyak area di Palembang, DAS Lambidaro rawan terhadap banjir tahunan, terutama saat musim hujan. Luasnya DAS ini menjadikannya fokus utama dalam perencanaan teknis dan upaya pengendalian banjir oleh pemerintah setempat.
Perkembangan Sungai Lambidaro
Restorasi dan Revitalisasi: Kolaborasi antara pemerintah, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), dan komunitas masyarakat telah menghasilkan restorasi di sebagian area DAS Lambidaro. Proyek ini bertujuan untuk menata sungai, meningkatkan kualitas air, dan membuat wilayah sekitarnya lebih produktif secara ekonomi.
Destinasi Wisata: Salah satu bagian yang paling terkenal dari upaya ini adalah revitalisasi Sungai Sekanak-Lambidaro, yang kini menjadi destinasi wisata baru di pusat Kota Palembang.
Fasilitas Wisata: Area Sekanak-Lambidaro membentang lebih dari 2 kilometer, dari sekitar Palembang Indah Mall hingga ke muara Sungai Musi. Pengunjung dapat menikmati susur sungai dengan perahu, menikmati jajanan, atau bersantai di jalur pedestrian. Pada malam hari, kawasan ini dihiasi lampu-lampu yang menarik.
Tantangan Lingkungan: Meskipun telah direvitalisasi, kawasan Sekanak-Lambidaro masih menghadapi tantangan. Beberapa laporan menyebutkan adanya fasilitas yang rusak dan kondisi yang kotor akibat sampah, sehingga memerlukan perhatian dan perbaikan lebih lanjut.
Berdasarkan laporan operasional sungai di Kota Palembang yang diterbitkan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Sungai Sawah Besar adalah salah satu anak Sungai Musi yang berada di wilayah Kecamatan Gandus.
Informasi detail Sungai Sawah Besar
Lokasi: Kecamatan Gandus, Palembang.
Karakteristik: Berdasarkan laporan tersebut, panjang Sungai Sawah Besar tercatat 1.532 meter, dengan lebar 4-7 meter, dan kedalaman 3-4 meter.
Fungsi: Sebagai salah satu anak sungai Musi, Sungai Sawah Besar kemungkinan berfungsi sebagai saluran drainase bagi daerah sekitarnya di Kecamatan Gandus
Wilayah ini, seperti banyak bagian lain di Palembang, dibangun di atas lahan rawa, sehingga sistem drainase seperti anak-anak sungai ini sangat penting untuk mengendalikan banjir.
Sejarah: Meskipun data spesifik tentang sejarah Sungai Sawah Besar tidak tersedia secara publik, dapat diperkirakan bahwa seperti anak sungai Musi lainnya, sungai ini memainkan peran dalam kehidupan masyarakat setempat di masa lalu. Seiring dengan perkembangan kota, banyak anak sungai di Palembang yang mengalami perubahan, bahkan ada yang ditimbun untuk pembangunan.
Informasi lebih detail mengenai sejarah Sungai Sawah Besar memerlukan penelitian lebih lanjut dari arsip pemerintah daerah atau laporan teknis yang lebih spesifik.
Sungai Lambidaro adalah salah satu anak sungai Musi yang penting di Palembang. Sungai ini memiliki peran vital sebagai bagian dari sistem drainase kota untuk mengendalikan banjir. Belakangan ini, Sungai Lambidaro lebih dikenal sebagai bagian dari kawasan revitalisasi Sungai Sekanak-Lambidaro yang kini menjadi salah satu destinasi wisata populer di Palembang.
Karakteristik dan lokasi
Panjang dan lebar: Sebuah studi menyebutkan panjang Sungai Lambidaro adalah sekitar 587 meter dengan lebar 17,38 meter.
Lokasi: Muaranya berada di Sungai Musi, tepatnya di Tanjung Barangan. Bagian yang direvitalisasi membentang lebih dari 2 kilometer, mulai dari sekitar Palembang Indah Mall hingga muara Sungai Musi di dekat kantor wali kota.
Sub-DAS: Sungai Lambidaro merupakan sub-sistem dari Daerah Aliran Sungai (DAS) yang lebih besar, dengan luas area tangkapan air mencapai ribuan hektar.
Restorasi dan revitalisasi
Proyek pemerintah: Restorasi kawasan Sungai Sekanak-Lambidaro diinisiasi oleh Pemerintah Kota Palembang dan didukung oleh Kementerian PUPR. Proyek ini dilakukan secara bertahap, dengan tujuan utama mengembalikan fungsi sungai.
Tujuan restorasi: Restorasi ini bertujuan ganda: mengendalikan genangan air di Palembang dan menjadikannya objek wisata baru.
Kolaborasi: Proyek ini merupakan hasil sinergi antara pemerintah dan komunitas peduli sungai.
Sungai Sekanak-Lambidaro sebagai destinasi wisata
Setelah direvitalisasi, kawasan ini telah berubah menjadi ruang terbuka publik yang menarik.
Aktivitas: Pengunjung dapat menyusuri sungai menggunakan perahu, menikmati jajanan di sepanjang jalur pejalan kaki, atau bersantai di ruang terbuka.
Keindahan malam: Pada malam hari, kawasan ini semakin cantik dengan pendar cahaya dari lampu-lampu warna-warni yang terpasang di sepanjang sungai.
Dampak ekonomi: Revitalisasi ini juga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian warga di sekitar bantaran sungai.
Masalah lingkungan
Permasalahan sampah: Terlepas dari upaya restorasi, Sungai Lambidaro masih menghadapi masalah sampah rumah tangga yang menghambat kelancaran aliran sungai.
Sedimentasi: Aliran air yang dipengaruhi pasang surut Sungai Musi dapat menyebabkan sedimentasi, yang menjadi objek penelitian para akademisi.
Harapan masyarakat: Restorasi ini juga dilatarbelakangi harapan agar anak cucu dapat bermain di air yang bersih sepert
Sungai Rumbi yang merupakan bagian dari DAS Lambidaro di Palembang. Kemungkinan nama tersebut tidak tercatat atau merupakan salah eja dari nama sungai lain.
Berikut adalah informasi yang relevan terkait pencarian tersebut:
DAS Lambidaro: Merupakan salah satu sub-DAS penting di Palembang yang mencakup sejumlah anak sungai dan saluran drainase. Sistem ini kini lebih dikenal karena proyek revitalisasi Sungai Sekanak-Lambidaro yang telah diubah menjadi destinasi wisata.
Anak-anak Sungai yang Lenyap di Palembang: Sebagian besar anak sungai Musi di Palembang telah ditimbun dan hilang seiring dengan perkembangan kota, sehingga mungkin ada nama-nama yang tidak lagi tercatat.
Kurangnya Arsip Sungai: Sebuah laporan dari tahun 2023 menyebutkan bahwa banyak arsip tentang anak-anak sungai di Palembang yang telah hilang.
Untuk memastikan keberadaan Sungai Rumbi, mungkin perlu dilakukan pengecekan dengan data hidrologi yang lebih mendalam dari instansi terkait seperti Dinas PUPR Kota Palembang. Namun, secara umum, tidak ada referensi publik yang menghubungkan nama tersebut dengan DAS Lambidaro.
Berdasarkan penelusuran terbaru pada tahun 2025, tidak ditemukan adanya sungai bernama Sungai Talang Buruk di Palembang. Talang Buruk merujuk pada sebuah kawasan di Kecamatan Alang-Alang Lebar yang dikenal memiliki masalah genangan air atau banjir.
Informasi terkait banjir di Talang Buruk , Kejadian banjir: Pada April 2025, kawasan ini kembali dilanda banjir hingga setinggi 80 cm setelah hujan deras, mengganggu aktivitas warga di area Jalan Taman Murni, Lorong Family, Kelurahan Alang-Alang Lebar.
Penyebab banjir: Banjir di kawasan Talang Buruk merupakan masalah berulang yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan minimnya resapan air, terutama karena kawasan ini dulunya merupakan rawa. Banyaknya pembangunan juga mengurangi area resapan dan mengganggu sistem drainase alami.
Dampak: Banjir menggenangi rumah-rumah warga, merusak perabotan, dan menghambat akses jalan.
Upaya penanganan: Warga menggunakan pompa air untuk mempercepat surutnya banjir. Mereka berharap pemerintah segera mengambil tindakan konkret untuk mengatasi masalah ini.
Normalisasi sungai di sekitar
Meskipun tidak ada sungai bernama Talang Buruk, pemerintah kota telah melakukan upaya normalisasi di sungai-sungai lain yang berdekatan dengan kawasan tersebut untuk mengatasi masalah banjir:
Normalisasi Sungai Gasing: Pada Februari 2025, normalisasi Sungai Gasing dilakukan untuk mencegah banjir di kawasan Talang Jambe, yang berdekatan dengan Talang Buruk.
Normalisasi saluran air lainnya: Dinas PUPR Palembang juga melakukan normalisasi di berbagai saluran air dan sungai kecil lain, seperti Sungai Talang Ketip pada Februari 2025, untuk mengurangi dampak banjir.